Minggu, 29 November 2015

Usiaku yang ke-24 tahun

Buka-buka file pribadi, ternyata ada beberapa tulisan yang belum terposting di blog. Kali ini kisah pengalamanku bersama siswaku saat itu, saat usiaku genap 24 tahun.
---


Baru bisa nulis lagi, ingin berbagi kisah tentang pengalaman yang kudapat dari siswaku. Duniaku yang kini makin berwarna bersama mereka. Ya, yang dulu berawal dari sebuah keterpaksaan kemudian berangsur menjadi cinta. Yang kini tak bisa kulepaskan.
Beberapa pekan sebelum hari H. Sering kucurigai gerak-gerik siswaku yang nampak aneh. Ada yang mereka sembunyikan dariku. Namun, sepandai apapun mereka menyembunyikan suatu hal dariku, tetaplah aku adalah ibu mereka di sekolah, aku cukup peka dan bisa menerjemahkan kerahasiaan mereka. Mereka tengah mempersiapkan sesuatu yang spesial untukkku.

Senin, 18 Februari 2013
Aku tidak berangkat sekolah. Badanku terasa berat, kepalaku pusing, ingin istirahat. Kuputuskan, untuk mengirim sms permohonan izin kepada Kepala Sekolah. Kemudian kukirimkan pula sms kepada rekan kerjaku, beberapa tugas untuk kelasku. Senin adalah satu-satunya hari yang kumiliki dengan jadwal mengajar paling sedikit, 2 mata pelajaran, yaitu Bahasa Indonesia dan Pendidikan Batik. Bahasa Indonesia kuminta anak-anak untuk mengerjakan latihan LKS, sedangkan untuk Pendidikan Batik kuminta anak-anak melanjutkan tugas Bahasa Indonesia, karena biasanya jam Bahasa Indonesia akan sedikit terpakai oleh Penjaskes, pelajaran sebelumnya.
Senin petang, salah satu siswa yang mengirimiku sms, bertanya kabar dan memastikan esok hari aku berangkat. Senyumku mengembang, mungkin ia (dan juga yang lain) merindukan aku sebagaimana aku juga merasakan merindukan mereka.

Selasa, 19 Februari 2013
Badan masih sedikit berat. Namun...wajah-wajah anak-anak kelas 3B membuatku tak rela membiarkan hari ini mereka tanpaku dan aku tanpa mereka. Semangat berangkat sekolah. Akan berjumpa lagi dengan mereka. Setelah breafing usai, guru di sampingku memberiku sebuah bingkisan berbungkus kertas batik. Katanya dari anak-anak 3B, pesannya dibuka nanti malam jam 00.00, hahaha...OK. Pukul 7.30-an, aku masuk kelas 3B, seperti biasa anak-anakku sudah siap sholat dhuha, yang putri telah mengenakan mukenanya, dan semua sudah bershaff rapi di depan kelas. Kubimbing mereka seperti biasa, di tiap gerakan dan bacaannya. Saat sholat dhuha, di sekolah memang membiasakan anak untuk melafadzkan bacaan sholat, dan sholat dilaksanakan dengan berjama’ah. Hal itu bertujuan untuk mengecek bacaan sholat anak, sekaligus murojaah hafalan surat, serta melatih kepemimpinan. Siswa putra bergiliran menjadi imam sholat dhuha. Setelah sholat dhuha usai, kemudian dilanjutkan dzikir dan doa, berikutnya hafalan. Jadwal hafalan hari Selasa yaitu hadits. Kali ini aku memang belum bisa maksimal mengajar di kelas, begitu pula suaraku. Maka kuminta anak-anak menyetorkan hafalan hadits terakhir satu per satu anak. Seperti biasa, belajar sambil bermain, bermain sambil belajar. Begitu juga untuk mata pelajaran hari ini, matematika, PKn, dan IPA. Kuajak mereka belajar dengan beberapa metode yang santai, bebas, dan aku tak perlu mengeluarkan banyak gerak, tenaga dan suara.
Kulihat saat jam istirahat, anak-anak putri nampak kompak bermain dengan Bu Irma, guru Bahasa Inggris mereka. Sepertinya ada yang sedang dipersekongkolkan. Halah...ada-ada saja. Gerak-gerik mereka di kelaspun sudak bisa kutangkap. Meski aku atau akan ada kejutan. Tapi aku juga tidak atau bentuk kejutannya seperti apa.
Pulang sekolah, bertemu salah seorag wali murid yang tengah menjemput anaknya. Beliau menceritakan cerita putrinya. Bahwa kemarin Bu Isna tidak berangkat, kata putrinya “Ternyata gak enak kalau gak ada Bu Isna, Mah!”. Persis jawaban anak-anak tadi pagi saat kutanya kabar ketika mereka menghampiriku di meja depan. (Hehe...seneng dengernya).

Rabu, 20 Februari 2013
Jam PAI, belum usai. Namun beberapa anak menjemputku di kantor untuk segera masuk kelas. Sungguh, aku curiga. Sesampai di depan kelas, sepi. Kucoba buka pintu kelas perlahan. Tettoooooot! Surprize!
Anak-anak nongol dari bawah meja yang sudah disusun sedemikian rupa, rangkaian sebentuk hati yang terbuat dari puluhan balon meluncur dari atas ke bawah, dikendali oleh tali yang dipegang oleh salah satu siswa. Dengan memakai mahkota kertas, serentak berucap “Selamat Ulang Tahun Bu Isna”. MasyaaAllah... Bahagiaku meluncur bak roket.
Lantas anak-anak membawakanku kue tart berwarna biru. Mereka menyanyikan lagu selamat ulang tahun, mendoakan, dan memintaku untuk memotong kue tart itu. Kupotong kecil merata untuk sekelas dan beberapa guru yang terlibat, termasuk guru PAI yang masih di dalam kelas, yang ternyata menjadi teman sekongkolannya anak-anakku. Kemudian diberikannya sekotak kado dari mereka, kubuka perlahan. MasyaaAllah...isinya bermacam, macam, buku, bros, pensil, pulpen, tipeX, dan sebagainya. Dan satu lagi hadiah yang dibungkus kertas batik, ternyata berisi karya dari mata pelajaran Pendidikan Batik yang kemarin aku tinggalkan saat izin tidak masuk sekolah.
Ya Allah, terimakasih Engkau karuniakan kepadaku anak-anak sholih dan menyejukkan ini. Kau izinkan aku berharga untuk mereka, dan mereka berharga untukku. Keikhlasan, kasih sayang, semangat, keceriaan, pengorbanan yang ada di antara kami, berkahilah. Sampaikanlah ilmuMu melalui tangan maupun lisanku sampai pada mereka, bermanfaat bagi kehidupan mereka. Teringat petuah yang kujadikan jargonku akhir-akhir ini, “Kehidupan itu seperti gema, kehidupan akan memberikan apa yang kita keluarkan”. Ya, jika kita memberikan kasih sayang, maka kita akan memperoleh kasih sayang, dan lebih. Tentu juga sebaliknya, jika kita memberi kebencian, maka kita akan mendapatkan kebencian.
Setidaknya, hingga saat ini, akau semakin memiliki alasan, kenapa aku harus bertahan di sini. Ya, mereka. Ya Allah, kuatkanlah ikatan ini, cinta ini, kasih sayang ini. Kokohkanlah perjuangan ini, ikhlaskanlah setiap bulir pengorbanan ini. Ridhoilah ilmu dan ikhtiar ini, aamiin... 

---

Selain kejutan dari siswaku di sekolah, ada juga kado ucapan-doa-refleksi dari teman organisasiku. Spesial, karena ditulis di blog pribadinya beliau. hehe... Terimakasih Kang Adhan...

Kecap Tahun ya...!


Selamat ulang tahun, untuk yang berbahagia pada pertambahan jumlah usia kali ini. Ups... semoga begitu. Setidaknya seorang anak akan merasa sangat bahagia jika hari lahirnya dirayakan. Kue ulang tahun, lilin menyala. dibelahan dunia lain sang ibu membuat acara selametan, atau kadang-kadan dengan cara sederahana sang anak diberi "ucapan" selamat saja. apapun bentuk selebrasinya sang anak sangat gembira..

Namun semakin bertambah usia, terkadang anak mulai membandingkan, pengalaman dalam hidupnya melihat berbagai bentuk selebrasi ulang tahun menjadikannya pribadi yang menuntut. menuntut ini, menuntut itu.. Tapi  tidak lama kemudian dia menyadari betapa dirinya penuntut dan itu tidak berguna sama sekali. Sehingga kembali ia kemasa kanaknya, tak penting bentuk selebrasi yang diperolehnya.. jika saat kanak memang karena tidak memahami apa yang dilakukan orang dewasa dalam selebrasi ulangtahunnya, kini selebrasi sederhana itu tak menuntut bentuk, terpenting baginya adalah makna. 


Barangkali mengenang kembali makna kebersamaan bersama orang terdekatnya, atau capaian yang telah terukir hingga kini, atau makna lain dalam pertambahan usia ini.

Apapun bentuknya, ulang tahun mendudukkan kita dalam tiga situasi yang berbeda. pertama bahwa kita memiliki masa lalu, berisi gambaran kehidupan yang telah kita lakukan. tentu tidak semua yang tertinggal dalam memori kita, hanya yang terpenting, yang berkaitan dengan kehidupan kita, atau kebersamaan bersaman orang terdekat kita. yang pasti masa lalu bagi kita meninggalkan kesan, pelajaran, dan hikmah. Masa lalu memberi kita kesempatan untuk belajar, mempersiapkan diri jika suatu waktu menghadapi situasi yang sama atau identik.

kedua, kita berada dimasa sekarang, masa dimana ketika kita eksis dalam ruang dan waktu yang aktif. bergerak, dan merasa sekarang. saat dimana putusan-putusan menjadi sesuatu yang begitu hidup dan nyata dalam ruang waktu masa. ini adalah masa dimana kita "ada".

Ketiga, adalah masa depan. Waktu yang belum pernah terjadi. tak terduga kejadiannya, tak terbaca keberadaannya. Misteri. Tapi masa lalu, mengajarkan kita bagaimana melihat masa depan, dan mengeksekusinya dimasa sekarang.

karena masa lalu telah berlalu, maka tak ada pilihan agar masa kini menjadi lebih baik daripada masa lalu, sebab masa datang belum terjadi, maka kita berkewajiban mempersiapkan masa datang yang lebih baik dari masa sekarang

Semoga Berkah Umur yang telah diberikan, semoga dimudahkan segala urusan, semoga dipertemukan dalam keindahan.
 
Sumber: http://kang-adhan.blogspot.co.id/2013/02/kecap-tahun.html



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan berbagi...^_^