---
Baru bisa nulis lagi, ingin berbagi kisah tentang pengalaman yang kudapat
dari siswaku. Duniaku yang kini makin berwarna bersama mereka. Ya, yang dulu
berawal dari sebuah keterpaksaan kemudian berangsur menjadi cinta. Yang kini
tak bisa kulepaskan.
Beberapa pekan sebelum hari H. Sering kucurigai gerak-gerik siswaku yang
nampak aneh. Ada yang mereka sembunyikan dariku. Namun, sepandai apapun mereka
menyembunyikan suatu hal dariku, tetaplah aku adalah ibu mereka di sekolah, aku
cukup peka dan bisa menerjemahkan kerahasiaan mereka. Mereka tengah
mempersiapkan sesuatu yang spesial untukkku.
Senin, 18 Februari 2013
Aku tidak berangkat sekolah. Badanku terasa berat, kepalaku pusing, ingin
istirahat. Kuputuskan, untuk mengirim sms permohonan izin kepada Kepala
Sekolah. Kemudian kukirimkan pula sms kepada rekan kerjaku, beberapa tugas
untuk kelasku. Senin adalah satu-satunya hari yang kumiliki dengan jadwal
mengajar paling sedikit, 2 mata pelajaran, yaitu Bahasa Indonesia dan
Pendidikan Batik. Bahasa Indonesia kuminta anak-anak untuk mengerjakan latihan
LKS, sedangkan untuk Pendidikan Batik kuminta anak-anak melanjutkan tugas
Bahasa Indonesia, karena biasanya jam Bahasa Indonesia akan sedikit terpakai
oleh Penjaskes, pelajaran sebelumnya.
Senin petang, salah satu siswa yang mengirimiku sms, bertanya kabar dan
memastikan esok hari aku berangkat. Senyumku mengembang, mungkin ia (dan juga
yang lain) merindukan aku sebagaimana aku juga merasakan merindukan mereka.
Selasa, 19 Februari 2013
Badan masih sedikit berat. Namun...wajah-wajah anak-anak kelas 3B membuatku
tak rela membiarkan hari ini mereka tanpaku dan aku tanpa mereka. Semangat
berangkat sekolah. Akan berjumpa lagi dengan mereka. Setelah breafing usai,
guru di sampingku memberiku sebuah bingkisan berbungkus kertas batik. Katanya
dari anak-anak 3B, pesannya dibuka nanti malam jam 00.00, hahaha...OK. Pukul
7.30-an, aku masuk kelas 3B, seperti biasa anak-anakku sudah siap sholat dhuha,
yang putri telah mengenakan mukenanya, dan semua sudah bershaff rapi di depan
kelas. Kubimbing mereka seperti biasa, di tiap gerakan dan bacaannya. Saat
sholat dhuha, di sekolah memang membiasakan anak untuk melafadzkan bacaan
sholat, dan sholat dilaksanakan dengan berjama’ah. Hal itu bertujuan untuk
mengecek bacaan sholat anak, sekaligus murojaah hafalan surat, serta melatih
kepemimpinan. Siswa putra bergiliran menjadi imam sholat dhuha. Setelah sholat
dhuha usai, kemudian dilanjutkan dzikir dan doa, berikutnya hafalan. Jadwal
hafalan hari Selasa yaitu hadits. Kali ini aku memang belum bisa maksimal
mengajar di kelas, begitu pula suaraku. Maka kuminta anak-anak menyetorkan
hafalan hadits terakhir satu per satu anak. Seperti biasa, belajar sambil
bermain, bermain sambil belajar. Begitu juga untuk mata pelajaran hari ini,
matematika, PKn, dan IPA. Kuajak mereka belajar dengan beberapa metode yang
santai, bebas, dan aku tak perlu mengeluarkan banyak gerak, tenaga dan suara.
Kulihat saat jam istirahat, anak-anak putri nampak kompak bermain dengan Bu
Irma, guru Bahasa Inggris mereka. Sepertinya ada yang sedang dipersekongkolkan.
Halah...ada-ada saja. Gerak-gerik mereka di kelaspun sudak bisa kutangkap.
Meski aku atau akan ada kejutan. Tapi aku juga tidak atau bentuk kejutannya
seperti apa.
Pulang sekolah, bertemu salah seorag wali murid yang tengah menjemput
anaknya. Beliau menceritakan cerita putrinya. Bahwa kemarin Bu Isna tidak
berangkat, kata putrinya “Ternyata gak enak kalau gak ada Bu Isna, Mah!”.
Persis jawaban anak-anak tadi pagi saat kutanya kabar ketika mereka
menghampiriku di meja depan. (Hehe...seneng dengernya).
Rabu, 20 Februari 2013
Jam PAI, belum usai. Namun beberapa anak menjemputku di kantor untuk segera
masuk kelas. Sungguh, aku curiga. Sesampai di depan kelas, sepi. Kucoba buka
pintu kelas perlahan. Tettoooooot! Surprize!
Anak-anak nongol dari bawah meja yang sudah disusun sedemikian rupa,
rangkaian sebentuk hati yang terbuat dari puluhan balon meluncur dari atas ke
bawah, dikendali oleh tali yang dipegang oleh salah satu siswa. Dengan memakai
mahkota kertas, serentak berucap “Selamat Ulang Tahun Bu Isna”. MasyaaAllah...
Bahagiaku meluncur bak roket.
Lantas anak-anak membawakanku kue tart berwarna biru. Mereka menyanyikan
lagu selamat ulang tahun, mendoakan, dan memintaku untuk memotong kue tart itu.
Kupotong kecil merata untuk sekelas dan beberapa guru yang terlibat, termasuk
guru PAI yang masih di dalam kelas, yang ternyata menjadi teman sekongkolannya
anak-anakku. Kemudian diberikannya sekotak kado dari mereka, kubuka perlahan.
MasyaaAllah...isinya bermacam, macam, buku, bros, pensil, pulpen, tipeX, dan
sebagainya. Dan satu lagi hadiah yang dibungkus kertas batik, ternyata berisi
karya dari mata pelajaran Pendidikan Batik yang kemarin aku tinggalkan saat
izin tidak masuk sekolah.
Ya Allah, terimakasih Engkau karuniakan kepadaku anak-anak sholih dan
menyejukkan ini. Kau izinkan aku berharga untuk mereka, dan mereka berharga
untukku. Keikhlasan, kasih sayang, semangat, keceriaan, pengorbanan yang ada di
antara kami, berkahilah. Sampaikanlah ilmuMu melalui tangan maupun lisanku
sampai pada mereka, bermanfaat bagi kehidupan mereka. Teringat petuah yang
kujadikan jargonku akhir-akhir ini, “Kehidupan itu seperti gema, kehidupan akan
memberikan apa yang kita keluarkan”. Ya, jika kita memberikan kasih sayang,
maka kita akan memperoleh kasih sayang, dan lebih. Tentu juga sebaliknya, jika
kita memberi kebencian, maka kita akan mendapatkan kebencian.
Setidaknya, hingga saat ini, akau semakin memiliki alasan, kenapa aku harus
bertahan di sini. Ya, mereka. Ya Allah, kuatkanlah ikatan ini, cinta ini, kasih
sayang ini. Kokohkanlah perjuangan ini, ikhlaskanlah setiap bulir pengorbanan
ini. Ridhoilah ilmu dan ikhtiar ini, aamiin...
---
Selain kejutan dari siswaku di sekolah, ada juga kado ucapan-doa-refleksi dari teman organisasiku. Spesial, karena ditulis di blog pribadinya beliau. hehe... Terimakasih Kang Adhan...
Kecap Tahun ya...!
Selamat ulang tahun, untuk
yang berbahagia pada pertambahan jumlah usia kali ini. Ups... semoga
begitu. Setidaknya seorang anak akan merasa sangat bahagia jika hari
lahirnya dirayakan. Kue ulang tahun, lilin menyala. dibelahan dunia lain
sang ibu membuat acara selametan, atau kadang-kadan dengan cara
sederahana sang anak diberi "ucapan" selamat saja. apapun bentuk
selebrasinya sang anak sangat gembira..
Namun
semakin bertambah usia, terkadang anak mulai membandingkan, pengalaman
dalam hidupnya melihat berbagai bentuk selebrasi ulang tahun
menjadikannya pribadi yang menuntut. menuntut ini, menuntut itu.. Tapi
tidak lama kemudian dia menyadari betapa dirinya penuntut dan itu tidak
berguna sama sekali. Sehingga kembali ia kemasa kanaknya, tak penting
bentuk selebrasi yang diperolehnya.. jika saat kanak memang karena tidak
memahami apa yang dilakukan orang dewasa dalam selebrasi ulangtahunnya,
kini selebrasi sederhana itu tak menuntut bentuk, terpenting baginya
adalah makna.
Barangkali mengenang
kembali makna kebersamaan bersama orang terdekatnya, atau capaian yang
telah terukir hingga kini, atau makna lain dalam pertambahan usia ini.
Apapun bentuknya, ulang
tahun mendudukkan kita dalam tiga situasi yang berbeda. pertama bahwa
kita memiliki masa lalu, berisi gambaran kehidupan yang telah kita
lakukan. tentu tidak semua yang tertinggal dalam memori kita, hanya yang
terpenting, yang berkaitan dengan kehidupan kita, atau kebersamaan
bersaman orang terdekat kita. yang pasti masa lalu bagi kita
meninggalkan kesan, pelajaran, dan hikmah. Masa lalu memberi kita
kesempatan untuk belajar, mempersiapkan diri jika suatu waktu menghadapi
situasi yang sama atau identik.
kedua, kita berada
dimasa sekarang, masa dimana ketika kita eksis dalam ruang dan waktu
yang aktif. bergerak, dan merasa sekarang. saat dimana putusan-putusan
menjadi sesuatu yang begitu hidup dan nyata dalam ruang waktu masa. ini
adalah masa dimana kita "ada".
Ketiga, adalah masa depan.
Waktu yang belum pernah terjadi. tak terduga kejadiannya, tak terbaca
keberadaannya. Misteri. Tapi masa lalu, mengajarkan kita bagaimana
melihat masa depan, dan mengeksekusinya dimasa sekarang.
karena masa lalu telah
berlalu, maka tak ada pilihan agar masa kini menjadi lebih baik daripada
masa lalu, sebab masa datang belum terjadi, maka kita berkewajiban
mempersiapkan masa datang yang lebih baik dari masa sekarang
Semoga Berkah Umur yang telah diberikan, semoga dimudahkan segala urusan, semoga dipertemukan dalam keindahan.
Sumber: http://kang-adhan.blogspot.co.id/2013/02/kecap-tahun.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan berbagi...^_^