Selasa, 26 April 2011

Kultwitt @salimafillah

Berikut ini saya muat hasil rekaman Kultwitt Ust. Salim A. Fillah pada hari Ahad, 3 April 2011. Selamat Menikmati, semoga bermanfaat...^_^
(1) Jangan Marah! Sebab kemarahan mempertunjukkan semua kejelekan lahir & batin yang bisa disembunyikan dengan keramahan.
(2) Jangan Dengki! Sebab hasad itu menyengsarakan kita saat orang lain bahagia, dan mengajak ke neraka saat orang lain berduka.
(3) Jangan Bergunjing! Sebab gunjingan memakan pahala seperti api hanguskan kayu, menghimpun dosa seperti magnet menarik besi.
(4) Jangan Merendahkan! Sebab hinaan menjatuhkan yang mencela, menaikkan derajat yang dijelekkan, dan melalaikan dari perbaikan.
(5) Jangan Menunda! 'Amal yang tak dikerjakan hari ini takkan tertampung oleh esok hari nan memiliki hak ibadahnya sendiri.
(6) Jangan Mengeluh! Sebab mengeluh -apalagi pada nan tak berdaya- ialah cara termudah membuat kelam setitik jadi gelap semesta.
(7) Jangan Menghakimi! Sebab itu merumitkan urusan saat kita jadi terdakwa di akhirat! Sebab tugas kita menjadi penyeru & saksi!
(8) Jangan Mengungkit! Sebab bahkan selaksa pemberian menggunung yang diungkit, kalah nilai dari wajah cerah dan senyum manis.
(9) Jangan Berdusta! Sebab dusta adalah candu menyakitkan, dan parahmya, ia membuka semua pintu keburukan yang lebih besar!
(10) Jangan takjubi 'amal diri! Bahkan dosa yang membawakan taubat jauh lebih baik daripada ibadah yang melahirkan kesombongan!
(11) Jangan Berdebat! Semua perbantahan YANG TAK LAHIRKAN AMAL melemahkan daya, menghabiskan waktu, batalkan jatah rumah surga.
(12) Jangan Keras Hati & Kasar Sikap! Bahkan ahli kebenaran yang tak santun menghancurkan rasa hormat insan pada kebenaran itu.
(13) Jangan Mempersulit! Agama adalah kemudahan untuk menjamin selamatnya insan sampai tujuan. Siapa mempersulit, pasti kalah.
(14) Jangan Mendendam! Sebab itu bagai menenggak racun ke kerongkongan sendiri, lalu berharap orang lain yang mati. Maafkanlah;)
(15) Jangan Putus Asa! Sebab ia kunci mati bagi segala kemungkinan baik nan berjuta. Allah itu memberi segaris sangka hambaNya.
(16) Jangan Malas! Sebab sebagaimana rizqi kita takkan salah alamat, ‘amal kita juga takkan diambil alih orang lain.
(17) Jangan Lari dari Masalah! Tugas kita meng-HADAP-i, lalu biarlah Allah yang meng-ATAS-i
(18) Jangan Kikir! Harta sampai ke surga sebab dititipkan pada nan membutuhkan. Tak pernah ada yang miskin tersebab sedekahnya.
(19) Jangan Serakah! Zuhudlah akan apa yang dimiliki manusia, mereka kan cintai kita. Zuhudlah pada dunia, pasti dirindu surga.
(20) Jangan Remehkan Sekecil Apapun Kebaikan! Amalan sederhana yang dilestarikan memikat cintaNya, jadi titian lancar ke surga.
(22) Jangan Menganggur! Tak mengerjakan apapun, baik tuk dunia maupun akhirat ialah pemandangan menyedihkan bagi langit & bumi.
(23) Jangan Zhalim! Setiap kezhaliman membunuh rasa tenteram di hati pelakunya, membuat manusia benci, & menjauhkan dari surga.
(24) Jangan Bosan Berdoa! Allah Maha Tahu, maka berdoa bukan cara memberi tahuNya apa nan kita butuhkan. Doa itu bercakap mesra.
(25) Jangan Khianati Nurani! Tiap saat dia bisikkan kebenaran. Mengikutinya kadang jadi tersunyi, tapi dibersamai senyum Ilahi.
(26) Jangan Takut Gagal! Jalan kegagalan dan keberhasilan itu sama. Hanya terkadang, alamat kesuksesan agak lebih ujung.
(27) Jangan Sembarang Makan! Setiap yang haram & tak suci merusak tubuh, menumbuhkan umpan neraka, menghalangi sampainya doa.
(28) Jangan bangga & lena atas pujian. Hanya sedikit pelajaran darinya. Mengharapkannya adalah tanda kurangnya kebaikan kita.
(29) Jangan takut & lemah oleh celaan. Banyak pelajaran darinya. Mengkhawatirkannya ialah tanda terlalu banyak keburukan di jiwa.
(30) Jangan terlibat dalam hal yang bermanfaat bagi diri & sesama, atau tak bermakna bagi jiwa. Itu tanda kebaikan Islam kita.
(30) Jangan terlibat dalam hal nan tak bermanfaat bagi diri & sesama, atau tak bermakna bagi jiwa. Itu tanda kebaikan Islam kita.

Senin, 25 April 2011

PESONAMU (1)

Pesonamu, masih jelas kurasa hingga kini,

Menemani hingga ku dewasa,

Derai air mata dan pengorbananmu takkan tergantikan,

Terimakasih ibu...

Itulah cuplikan syair lagu Ada Band dengan judul Pesona Potretmu.

Dengarkan...

Rasakan...

Betapa di tiap bait lagu itu menghimpun banyak cerita, peristiwa, dan rasa.

Ya, lagu yang sering kali membuatku harus meneteskan air mata, bahkan tak jarang sampai terlihat sembab.

Lagu itu pula yang sering menemaniku ketika malam telah larut, mengiringi semangatku untuk kembali menyentuh ‘impian’ itu.

Benar, jika ada orang yang mempunyai keikhlasan yang cukup tinggi serta kesabaran dan tanggung jawab yang sangat besar, dia adalah seorang IBU.

Betapa tidak? Dia rela mengandung kita selama kurang lebih 9 bulan.

Waktu yang tak sebentar untuk membawa, menjaga, dan merawat nyawa lain yang bersemayam di dalam tubuhnya, bahkan nyawa yang membahayakan nyawanya sendiri.

Kita saja kalau diminta membawakan tas bawaan belanja ibu sering mengeluh, itu hanya tas yang kapan saja kita capek bisa ditaruh.

Bagaimana jika itu janin yang tiap hari harus dibawa kemanapun dan kapanpun?

Belum lagi harus dirawat dan dijaga, agar janin yang ‘merepotkan’ itu tetap aman dan nyaman di sana.

Pengorbanan dan kesabaran ibupun semakin meningkat kala anaknya telah terlahir ke dunia.

Ia masih harus merawat dan menjaganya, memberinya kasih sayang, mendidik dan mendoakannya, bahkan ia harus merelakan apapun untuk anaknya.

Dan waktu terus berjalan, anaknya semakin tumbuh besar, semakin besar pula kesabarannya. Ketika sang anak mulai punya ‘kepentingan’ sendiri, iapun rela apapun akan diberikan untuk memenuhi keinginan anaknya, seolah ia tak lagi membutuhkan apa-apa kecuali hanya ingin melihat anaknya tertawa ceria.

Namun, ketika sang anak kesayangannya melakukan kesalahan, kenapa ia masih saja bersabar.

Ia mau menjadi tempat peraduan, selalu mau mendengarkan keluh dan kesah anaknya, dan iapun pasti akan memberikan jalan keluar, bahkan menanggung resiko dari apa yang dilakukan anaknya.

Dan ketika Allah menakdirkan kawan yang selama ini mendampinginya, merawat dan membesarkan anak bersama, teman berjuang dan berbagi duka bahagia, orang yang dicintainya harus pergi meninggalkannya sendiri di dunia yang begitu keras.

Ia harus tetap bisa berdiri tegar pada dunia, demi anaknya. Demi sebuah amanah.

Dan kini, anaknya telah tumbuh dewasa. Dengan segala impian dan cita-citanya untuk masa depan.