Surat ini ditulis pada 26 Mei 2013, saat adikku Anugrahi Mahastri masih duduk di kelas X SMA alias kelas 1. Luar biasa...Allah mengizinkannya.
-*-*-
Teruntuk Dek Hastri...^^
Habis baca artikel dari
dakwatuna, yang ditulis oleh seorang mahasiswa IPB. Ia menceritakan
pengalamannya masuk IPB dan beberapa aktivitas yang dilaluinya.
Berbekal dari
pengalaman-pernah ke IPB-dan juga punya kenalan/teman organisasi, dan setelah
baca artikel tersebut, jadi punya gambaran menuntut ilmu di sana.
Mbak Isna pikir, sejauh
ini impianmu cukup tepat. Impian melanjutkan studi nantinya di bidang
pertanian. Impian yang lahir dari keprihatinan yang ada di lingkungan masyarakat.
“sawah di bantul itu punyanya orang thailand”, begitu kurang lebih ceritamu
tentang sawah-sawah di bantul. Istilah lain, “menjadi tamu di kampung
halamannya sendiri”. Padahal seharusnya “menjadi tuan rumah di kampung
halamannya”. Muncullah keinginanmu untuk menyelamatkan pertanian di bantul.
Awalnya mbak isna meremehkan impianmu ini, namun begitu kamu menuturkan dan
memaparkan alasan yang lahir dari pikiranmu, aku cukup kagum dan senang. Kamu
punya keinginan masuk ke dunia pertanian bukan sekedar berpikir bagaimana
pekerjaan ataupun gaji yang akan kamu peroleh nantinya, namun dari keprihatinan
terhadap kondisi yang menimpa lingkungan masyarakatmu bahkan negerimu.
Mbak isna sepakat jika
kamu ingin menimba ilmu di bidang pertanian itu. Mungkin Mbak isna hanya ingin
sedikit memberikan gambaran atau sedikit motivasi buatmu.
Kita mulai dari yang jauh
dulu, Indonesia maju dan sejahtera bisa diwujudkan dari pangan. Indonesia punya
lahan, tapi gak tau cara ngolahnya yang baik. Nah, pertanian ini kuncinya, memang
harus diperhatikan. Mulai dari lahannya, tanamannya, pengolahan pangannya, dsb.
Siapa yang akan ngolah? Ya anak bangsa, yaitu KAMU. Apalagi daerahmu dikenal
sebagai dataran rendah yang mampu menjadi lahan baik untuk pertanian terutama
padi. Jangan sampai indonesia kebanyakan impor beras. Syukur bisa ekspor beras.
Itung aja tu sawah, masih luas kok. Tapi sayangnya sekarang banyak dibeli untuk
lahan pemukiman/perumahan/pertokoan-(yang terakhir ini nich produknya
kapitalis).
Kamulah yang harus
nyelametin ni sawah-sawah ini dan sawah-sawah di indonesia.
Ok, sepakat kamu pilih
kuliah di pertanian.
Mau ke mana?
Sekedar saran, ke: 1.
IPB, 2. UGM. Kenapa?
1.
IPB, jelas
namanya: Institut Pertanian Bogor, lebih konsen ngurusi ttg pertanian. Selain
itu kampus cukup kondusif lingkungannya (ngeliat dari penuturan artikel tsb dan
dari pengalaman mbak isna sempat tinggal –beberapa hari di sana, dan kamupun
bisa liat tu pengalaman Danang AP). Lagipula mamak udah ngijinin kamu belajar
ke luar jogja kan? Biasanya nich, klo belajar dg “merantau”, ada 2 kemungkinan:
(a) Sukses, karena bertemu dg lingkungan baru dan di sana harus mandiri
survive. Allah kan juga nganjurin untuk berhijrah. Pun seperti yang dicontohkan
Rosul. (b) hancur, karena suka asal ikut-ikutan teman yang salah gaul, gak
dipantau ortu langsung. Tp semoga gak lah asal pinter cari lingkungan buat
belajar/berorganisasi. Ya kan?
2.
UGM,
alasannya: kampus dekat, kualitas ok juga, dekat dengan ortu, lahan
pertaniannya juga bisa belajar dari daerah sendiri. Meski di sini, mbak isna
saranin kamu mending asrama/ngaji di pondok (PPM Darush Shalihat atau Asrama
Asma’ Amanina), biar kamu bisa belajar lebih dan mandiri, menjadi muslimah yang
tangguh dan anggun ^^.
Nah, soal biaya? Mahal.
Jelas.
Yang ini kalau mau
ngerogoh kantong, kayaknya sich gak mungkin. Masalahnya gak ada yang bisa
dirogoh dari kantong. Mau jual tanah warisan? Ampun dech, amatiran amat.
Terus gimana?
Kalau Allah sudah
nakdirin kamu kuliah, pastilah Allah sudah punya skenario dan sudah nyiapin
rejeki buat kamu. Tinggal kamunya mau ngikutin skenario Allah ga? Tergantung
motivasi kamu, mau njemput rejeki yang sudah Allah siapin ga?
Siapa tau, Allah
tiba-tiba ngasih (lewat siapa gitu) uang sekian juta untuk kamu, dan kamu bisa
pakai buat daftar kuliah. Tapi gak usah ngayal yang gak pasti. Pke ikhtiar yang
masuk akal aja. Nah, Allah kan sudah ngasih kamu kepinteran, ayo maksimalkan!
Siapa tahu waktu kamu mau masuk bisa pakai beasiswa.
Beasiswa itu rejeki, yang
diperuntukkan bagi orang-orang terpilih alias yang beruntung. Orang yang
beruntung itu adalah orang yang BERSYUKUR dan BERSABAR. Bersyukur diberi akal
yang cerdas, maksimalkan dengan belajar sekeras mungkin. Tentunya bersyukur di
hal yang lain juga. Karena yang namanya syukur bukanlah sekedar membaca Alhamdulillah
dan menerima apa yang sudah Allah berikan, namun juga masih ada ikhtiar dan doa
di sana. Bersabar, ya bersabar atas ketentuan yang Allah berikan pada kita,
termasuk kondisi kita yang mungkin pas-pasan (pas butuh, pas Allah ngasih ^^),
dan tentunya sabar pada hal yang lain pula.
Kapan BERSYUKUR dan
BERSABAR nya? Ya mulai sekarang, belajar yang bener, motivasinya yang kuat,
sabar dan siap menerima kritik dan saran dari siapapun, berani maju, siap
tantangan, terus dan terus asah potensi, dan yang gak kalah penting: makin
sholehah ya (santun dengan orangtua-ridho ibu, ridho Allah...dan makin dekatlah
dengan Allah, karena semua yang ada di dunia terjadi atas KEHENDAK Allah).
Setiap peristiwa kehidupan dikendalikan Allah, maka kita bisa menawar hanya
dengan doa.
Mumpung sekarang masih
kelas 1, ayo yang semangat! Belajarnya...berbakti sma ibu (ingat, kita tinggal
punya ibu, bahagiakan dia yuk), dan bermasyarakatlah dengan erat. Agar doa-doa
ucapan tetangga untuk kita adalah ucapan yang baik, ucapan baik = doa baik. Doa
yg baik à diberi yg baik.
Aku punya impian. Kamu
punya impian. Kita punya impian.
Kadang aku mengejar
impianku sendiri. Kadang kamu juga mengejar impianmu sendiri. Kadang pula kita
bisa mengejar impian bersama-sama.
Perjalanan hidup ini,
ibarat perlombaan. Aku dan kamu adalah peserta lomba, dimana aku dan kamu
berkompetisi untuk mencapai satu garis finish. Dalam perjalanan, kamu gak perlu
menunggu aku, kamu boleh mendahului aku. Begitu pula sebaliknya. Pun dalam
perjalanan, kita bisa saling menyemangati/mengingatkan. Kita akan sampai di
garis finish sesuai kecepatan masing-masing. Tp ingat, garis finish kita sama.
Mencari ridho Allah.
So, Kamu gak perlu
nunggu/nyari contoh. Tapi contoh itu adalah dirimu. Ketika kamu tahu sesuatu
itu baik dan kamu bisa lakukan, maka lakukanlah! Tak perlu menunggu oranglain
melakukannya.
Mbak isna hanyalah
manusia biasa yang masih harus belajar banyak, tak selalu bisa memberikan
contoh, bahkan kadang harus belajar/mencontoh juga dari yang lebih muda. Mbak
isna hanya saja ditakdirkan Allah untuk lahir lebih dulu, bukan berarti ada
jaminan lebih baik. Tp yang pasti kamu bisa ambil pelajaran dari pengalaman
yang pernah mbak isna alami, ntah dari sisi keberhasilannya maupun dari
kegagalannya. Semoga bisa menjadi pembelajaran buat kamu, agar kamu jauh lebih
baik.
Terakhir, apapun motivasi
impianmu, semoga tak sekedar hal duniawi saja (misal: prestasi, pujian,
pekerjaan, gaji, kebanggan ortu, de el el), tp ukhrowi yang terpenting (kamu lakukan karena Allah dan
untuk Allah).
Ok, itu dulu ya, semoga
bermanfaat buat dek hastri.
Salam cemangadh!
Mbak Isna ^^