Kamis, 03 Desember 2015

Kirim Berita: Penerapan Project Based Learning dan Problem Based Learning di SD Bantul Timur



Pendidikan merupakan bagian dari usaha sadar dan sistematis untuk mencapai taraf hidup atau kemajuan yang lebih baik. Mahasiswa S2 Program Studi Pendidikan Dasar (Dikdas) sebagai pelaku pendidikan tentu tidak asing dengan kegiatan belajar mengajar (KBM). Pada semester ketiga ini, mahasiswa S2 Dikdas mendapat mata kuliah Praktik Pembelajaran di SD yang diampu oleh Dr. Ali Mustadi, M.Pd. Sesuai dengan namanya, mata kuliah ini tentu saja bukan mata kuliah teori, namun memberikan tugas kepada mahasiswa untuk melaksanakan praktik atau proses pembelajaran secara nyata di sekolah. Praktik ini dilaksanakan pada bulan Oktober hingga November 2015.

Sekolah yang dipilih sebagai tempat praktik adalah sekolah yang menerapkan Kurikulum 2013. SD Bantul Timur merupakan sekolah pelaksana pilot project Kurikulum 2013 di Kabupaten Bantul. Sekolah yang dipimpin oleh Ibu Nurhayati, S.Pd ini beralamat di Jalan RA. Kartini No. 42 Trirenggo Bantul DIY, 55714. Letak sekolah ini sangat strategis, karena berdekatan dengan komplek sekolah maupun perkantoran pemerintah, tak heran jumlah kelas keseluruhan 19 kelas dengan jumlah siswa 498 siswa.

Kurikulum 2013 merupakan pembaharuan dari kurikulum sebelumnya yaitu KTSP. Pada kurikulum 2013 ini, siswa belajar dengan pembelajaran tematik integratif melalui pendekatan saintifik. Siswa dibiasakan selama proses KBM dengan keterampilan 5M, yaitu mengamati, menanya, mencoba, mengolah informasi, dan mengkomunikasikan, sehingga siswa di sekolah ini sudah cukup terlatih dengan keterampilan 5M dan terbiasa aktif selama proses KBM. Pada kesempatan kali ini, penulis dibersamai oleh guru pamong, Ibu Tri Hastuti Sujarwati, S.Pd.SD, guru kelas V.

Ada beberapa metode yang digunakan oleh penulis sebagai praktikan dalam proses KBM, yaitu penerapan Project Based Learning (PjBL) dan Problem Based Learning (PBL). Kedua metode ini juga merupakan bagian dari pendekatan saintifik, sehingga sangat mendukung keterampilan yang diharapkan oleh kurikulum 2013. Praktikan memperoleh kesempatan praktik di kelas III dan V. Sebelum dilakukan praktik pembelajaran di kelas, praktikan melakukan diskusi terlebih dahulu dengan guru pamong. Hal ini difungsikan untuk berbagi ilmu dan informasi tentang karakter siswa maupun materi yang akan disampaikan.

Pada pembelajaran di kelas III, praktikan menggunakan metode Project Based Learning (PjBL). Penerapan PjBL ini mendorong tumbuhnya kreativitas, kemandirian, tanggung jawab, kepercayaan diri, serta berpikir kritis dan analitis pada siswa. Penerapan metode ini tentu saja menyesuaikan terhadap materi pembelajaran maupun tingkat perkembangan siswa. Siswa kelas III terlihat sangat antusias selama proses pembelajaran. Pada kesempatan ini, siswa membuat poster tentang pemanasan global dengan menggunakan barang-barang bekas dan sampah yang dapat diperoleh dengan mudah di lingkungan sekitar. Melalui metode ini, siswa memperoleh informasi pengetahuan sekaligus pengalaman yang bermakna. Bukankah, pengalaman adalah guru terbaik?

Pada pembelajaran di kelas V, praktikan menggunakan metode pembelajaran Problem Based Learning (PBL). PBL merupakan metode pembelajaran yang di dalamnya melibatkan siswa untuk berusaha memecahkan masalah dengan melalui beberapa tahap ilmiah. Hal ini diharapkan siswa mampu mempelajari pengetahuan yang berkaitan dengan masalah tersebut, sekaligus siswa memiliki keterampilan dalam memecahkan masalah. PBL merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang berusaha menerapkan masalah yang terjadi dalam dunia nyata sebagai konteks bagi siswa untuk berlatih berpikir kritis dan mendapatkan keterampilan dalam pemecahan masalah. Guru mendesain sedemikian rupa proses pembelajaran yang meliputi 5 fase dalam PBL, yaitu orientasi masalah, mengorganisasikan, membimbing penyelidikan, mengembangkan dan menyajikan data, serta menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

Seusai melaksanakan praktik pembelajaran di kelas rendah dan kelas tinggi, praktikan bersama guru pamong melakukan evaluasi dan refleksi. Selama proses praktik, tidak hanya praktikan yang belajar dan memperoleh pengalaman, namun guru pamongpun turut belajar dari mahasiswa praktikan. Adanya keuntungan timbal balik ini sangat bermanfaat bagi perkembangan dan perbaikan proses pembelajaran di sekolah. Budaya saling berbagi dan saling belajar ini sangat dibutuhkan para guru sebagai pendidik demi kemajuan dunia pendidikan. (Isna Nurfiyanti/Dikdas P2TK 2014)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan berbagi...^_^