Minggu, 29 November 2015

Doa yang Diijabah



Surat ini ditulis pada 26 Mei 2013, saat adikku Anugrahi Mahastri masih duduk di kelas X SMA alias kelas 1. Luar biasa...Allah mengizinkannya.
-*-*-

Teruntuk Dek Hastri...^^

Habis baca artikel dari dakwatuna, yang ditulis oleh seorang mahasiswa IPB. Ia menceritakan pengalamannya masuk IPB dan beberapa aktivitas yang dilaluinya.
Berbekal dari pengalaman-pernah ke IPB-dan juga punya kenalan/teman organisasi, dan setelah baca artikel tersebut, jadi punya gambaran menuntut ilmu di sana.
Mbak Isna pikir, sejauh ini impianmu cukup tepat. Impian melanjutkan studi nantinya di bidang pertanian. Impian yang lahir dari keprihatinan yang ada di lingkungan masyarakat. “sawah di bantul itu punyanya orang thailand”, begitu kurang lebih ceritamu tentang sawah-sawah di bantul. Istilah lain, “menjadi tamu di kampung halamannya sendiri”. Padahal seharusnya “menjadi tuan rumah di kampung halamannya”. Muncullah keinginanmu untuk menyelamatkan pertanian di bantul. Awalnya mbak isna meremehkan impianmu ini, namun begitu kamu menuturkan dan memaparkan alasan yang lahir dari pikiranmu, aku cukup kagum dan senang. Kamu punya keinginan masuk ke dunia pertanian bukan sekedar berpikir bagaimana pekerjaan ataupun gaji yang akan kamu peroleh nantinya, namun dari keprihatinan terhadap kondisi yang menimpa lingkungan masyarakatmu bahkan negerimu.
Mbak isna sepakat jika kamu ingin menimba ilmu di bidang pertanian itu. Mungkin Mbak isna hanya ingin sedikit memberikan gambaran atau sedikit motivasi buatmu.
Kita mulai dari yang jauh dulu, Indonesia maju dan sejahtera bisa diwujudkan dari pangan. Indonesia punya lahan, tapi gak tau cara ngolahnya yang baik. Nah, pertanian ini kuncinya, memang harus diperhatikan. Mulai dari lahannya, tanamannya, pengolahan pangannya, dsb. Siapa yang akan ngolah? Ya anak bangsa, yaitu KAMU. Apalagi daerahmu dikenal sebagai dataran rendah yang mampu menjadi lahan baik untuk pertanian terutama padi. Jangan sampai indonesia kebanyakan impor beras. Syukur bisa ekspor beras. Itung aja tu sawah, masih luas kok. Tapi sayangnya sekarang banyak dibeli untuk lahan pemukiman/perumahan/pertokoan-(yang terakhir ini nich produknya kapitalis).
Kamulah yang harus nyelametin ni sawah-sawah ini dan sawah-sawah di indonesia.
Ok, sepakat kamu pilih kuliah di pertanian.
Mau ke mana?
Sekedar saran, ke: 1. IPB, 2. UGM. Kenapa?
1.    IPB, jelas namanya: Institut Pertanian Bogor, lebih konsen ngurusi ttg pertanian. Selain itu kampus cukup kondusif lingkungannya (ngeliat dari penuturan artikel tsb dan dari pengalaman mbak isna sempat tinggal –beberapa hari di sana, dan kamupun bisa liat tu pengalaman Danang AP). Lagipula mamak udah ngijinin kamu belajar ke luar jogja kan? Biasanya nich, klo belajar dg “merantau”, ada 2 kemungkinan: (a) Sukses, karena bertemu dg lingkungan baru dan di sana harus mandiri survive. Allah kan juga nganjurin untuk berhijrah. Pun seperti yang dicontohkan Rosul. (b) hancur, karena suka asal ikut-ikutan teman yang salah gaul, gak dipantau ortu langsung. Tp semoga gak lah asal pinter cari lingkungan buat belajar/berorganisasi. Ya kan?
2.    UGM, alasannya: kampus dekat, kualitas ok juga, dekat dengan ortu, lahan pertaniannya juga bisa belajar dari daerah sendiri. Meski di sini, mbak isna saranin kamu mending asrama/ngaji di pondok (PPM Darush Shalihat atau Asrama Asma’ Amanina), biar kamu bisa belajar lebih dan mandiri, menjadi muslimah yang tangguh dan anggun ^^.
Nah, soal biaya? Mahal. Jelas.
Yang ini kalau mau ngerogoh kantong, kayaknya sich gak mungkin. Masalahnya gak ada yang bisa dirogoh dari kantong. Mau jual tanah warisan? Ampun dech, amatiran amat.
Terus gimana?
Kalau Allah sudah nakdirin kamu kuliah, pastilah Allah sudah punya skenario dan sudah nyiapin rejeki buat kamu. Tinggal kamunya mau ngikutin skenario Allah ga? Tergantung motivasi kamu, mau njemput rejeki yang sudah Allah siapin ga?
Siapa tau, Allah tiba-tiba ngasih (lewat siapa gitu) uang sekian juta untuk kamu, dan kamu bisa pakai buat daftar kuliah. Tapi gak usah ngayal yang gak pasti. Pke ikhtiar yang masuk akal aja. Nah, Allah kan sudah ngasih kamu kepinteran, ayo maksimalkan! Siapa tahu waktu kamu mau masuk bisa pakai beasiswa.
Beasiswa itu rejeki, yang diperuntukkan bagi orang-orang terpilih alias yang beruntung. Orang yang beruntung itu adalah orang yang BERSYUKUR dan BERSABAR. Bersyukur diberi akal yang cerdas, maksimalkan dengan belajar sekeras mungkin. Tentunya bersyukur di hal yang lain juga. Karena yang namanya syukur bukanlah sekedar membaca Alhamdulillah dan menerima apa yang sudah Allah berikan, namun juga masih ada ikhtiar dan doa di sana. Bersabar, ya bersabar atas ketentuan yang Allah berikan pada kita, termasuk kondisi kita yang mungkin pas-pasan (pas butuh, pas Allah ngasih ^^), dan tentunya sabar pada hal yang lain pula.
Kapan BERSYUKUR dan BERSABAR nya? Ya mulai sekarang, belajar yang bener, motivasinya yang kuat, sabar dan siap menerima kritik dan saran dari siapapun, berani maju, siap tantangan, terus dan terus asah potensi, dan yang gak kalah penting: makin sholehah ya (santun dengan orangtua-ridho ibu, ridho Allah...dan makin dekatlah dengan Allah, karena semua yang ada di dunia terjadi atas KEHENDAK Allah). Setiap peristiwa kehidupan dikendalikan Allah, maka kita bisa menawar hanya dengan doa.
Mumpung sekarang masih kelas 1, ayo yang semangat! Belajarnya...berbakti sma ibu (ingat, kita tinggal punya ibu, bahagiakan dia yuk), dan bermasyarakatlah dengan erat. Agar doa-doa ucapan tetangga untuk kita adalah ucapan yang baik, ucapan baik = doa baik. Doa yg baik à diberi yg baik.
Aku punya impian. Kamu punya impian. Kita punya impian.
Kadang aku mengejar impianku sendiri. Kadang kamu juga mengejar impianmu sendiri. Kadang pula kita bisa mengejar impian bersama-sama.
Perjalanan hidup ini, ibarat perlombaan. Aku dan kamu adalah peserta lomba, dimana aku dan kamu berkompetisi untuk mencapai satu garis finish. Dalam perjalanan, kamu gak perlu menunggu aku, kamu boleh mendahului aku. Begitu pula sebaliknya. Pun dalam perjalanan, kita bisa saling menyemangati/mengingatkan. Kita akan sampai di garis finish sesuai kecepatan masing-masing. Tp ingat, garis finish kita sama. Mencari ridho Allah.
So, Kamu gak perlu nunggu/nyari contoh. Tapi contoh itu adalah dirimu. Ketika kamu tahu sesuatu itu baik dan kamu bisa lakukan, maka lakukanlah! Tak perlu menunggu oranglain melakukannya.
Mbak isna hanyalah manusia biasa yang masih harus belajar banyak, tak selalu bisa memberikan contoh, bahkan kadang harus belajar/mencontoh juga dari yang lebih muda. Mbak isna hanya saja ditakdirkan Allah untuk lahir lebih dulu, bukan berarti ada jaminan lebih baik. Tp yang pasti kamu bisa ambil pelajaran dari pengalaman yang pernah mbak isna alami, ntah dari sisi keberhasilannya maupun dari kegagalannya. Semoga bisa menjadi pembelajaran buat kamu, agar kamu jauh lebih baik.
Terakhir, apapun motivasi impianmu, semoga tak sekedar hal duniawi saja (misal: prestasi, pujian, pekerjaan, gaji, kebanggan ortu, de el el), tp ukhrowi  yang terpenting (kamu lakukan karena Allah dan untuk Allah).
Ok, itu dulu ya, semoga bermanfaat buat dek hastri.

Salam cemangadh! 
Mbak Isna ^^

Kata mereka tentang Isna...



Sesekali (sering juga boleh) melakukan riset, penilaian diri, biar tambah baik. Ini riset tertanggal 22 Desember 2013. Wah...2 tahun yang lalu.
Yang baik-baik, semoga masih bertahan dan menjadi doa keistiqomahan. Yang belum baik, ayuk berbenah...^^

Bu Ningsih
Bu Isna itu sanguin-plegmatis
(-) suka menunda sesuatu, sok ngebleng, suka byk pertimbangan kali ya
(+) ceria, ringan tangan
Bu Irma
Kayaknya tegas trhdp prinsip
Mb Diyah
Anti adalah sosok yg sederhana, periang, penyemangat dan tangguh.
Banyak bgt pribadi positif yg bisa diteladani.
Mgkn memang aku harus belajar dari isna.
Yg baik, lanjutkan is, yg belum baik ikhtiar spy lebih baik lagi.
Ttp bersabar, istiqomah dan selalu bersemangat menuntut ilmu dan mengamalkannya.
NB: ayo kita berlomba nambah hafalan quran dan haditsnya is...
Iim FMIPA
Alhmdulillah senang sekali dipertemukan dg isna, insya Allah anti memang ceria dan tak kenal putus asa ukh, semangat, sosok kakak yg baik dan positif thinking modal yang luar biasa sbg da’iah, so keep spirit ya ukh.
Asah terus sensitifitas thd hal-hal kecil yg terjadi, dan semangat menempuh jalan mjd generasi Qur’ani, smg hal tsb membuat isna semakin bersinar di dunia dan akhirat, aamiin...
Ranti
Mungkin, menjaga semangat untuk senang ngumpul dg bocil2..
Ika
Isna itu meksa orangnya. Tp tegar dan penuh semangat. Tipikal pembelajar. Lebih suka dg sosok isna yg di luar rumah. Tau donk maksudnya? Disinilah letak yg harus dibenahi, khususnya ketika di rumah. Cayoo...!
Isna itu supel, terbukti ketika awal mula berjumpa, kesan yg cukup fine. Ringan tangan, dlm arti suka menolong, jika bisa knapa tidak. Pengayom & cukup ngemong, terbukti dari cerita adik2 yg cukup kenal dan dekat dg isna. Mungkin harus berlatih lebih sabar dan manajemen sikap, karena agak keras ya sepertinya. Alias gak mau ngalah. Jika udah punya keinginan bgaimana caranya ya harus, meski hujan badai menghadang. ^^

Abi-Ummiku Kompak


Hari Jumat, 25 Oktober 2013 kemarin di sekolah ada agenda Temu Wali. Belum usai kulaksanakan sholat dhuhur, tamu undangan yaitu para orang tua siswa sudah berdatangan. Kutengok jam dinding mushola, sudah pukul 13.02. Ba’da sholat dhuhur langsung kugelar karpet dan tikar di mushola sekolah. Kutata meja presensi. Makan siang? Gak sempat, biarlah dibungkuskan Simbah (ibu dapur).
Hari ini agenda Temu Wali kami pecah menjadi dua. Kelas 1 dengan agenda utama pembentukan forsigo dan pembagian hasil UTS bertempat di mushola sekolah, sedangkan kelas 2-6 dengan agenda school parenting dan pembagian hasil UTS bertempat di masjid Al-Manar.
Aku dan dua wali kelas 1 yang lain standby di mushola sekolah. Karena hanya bertiga, kami bagi tugas, Bu Atiek menjadi MC, Pak Bai yang among tamu, dan aku menjaga presensi serta snack.
Saat menjaga presensi, ada hal menarik yang aku temui. Seorang ibu, orang tua salah seorang siswa 1C. Bertanya padaku, “Lho Bu, yang kelas 5 tidak di sini?”. “Tidak Bu, ini khusus kelas 1, kelas 2 sampai 6 di masjid Al-Manar”, jawabku. Si Ibu yang kemudian di belakangnya ternyata diikuti seorang bapak, memberi isyarat, “Bi, kelas 5 di Al-Manar, Abi ke sana ya, Ummi di sini”. Oh, ternyata suaminya. Kedua putra beliau memang di sekolahkan di sini, kelas 5 dan kelas 1. Pendatang dari Jakarta. Tanpa menjawab, Si Bapak hanya tersenyum mengisyaratkan setuju. “Daaa, Abi...”, sambil melambaikan tangan dan tersenyum ceria setengah manja. Usia yang bisa dikatakan tidak muda lagi, berputera 3 dengan sulungnya duduk di bangku SMP, namun “mudanya” masih terasa, romantis pula. Yang menarik bukan soal romantisnya saja. Lantas? Bagi sebagian besar orang tua yang sering saya temui, jika menyekolahkan anaknya lebih dari 1 anak di sekolah yang sama, ketika ada acara Temu Wali, pengambilan raport, dan sebagainya pasti menggunakan istilah “sisan-pisan”. Cukup terwakilkan oleh ayah atau ibu saja, dan jika acara terpisah maka bergantian masuk kelas satu berikutnya kelas satunya. Tidak salah memang. Namun, kalau kedua orang tua (ayah-ibu) sama-sama bisa (mengusahakan) hadir bersama, kenapa tidak? Kompak.
Peserta sudah cukup banyak, waktu sudah pukul 13.30, acarapun dimulai. Pembukaan, tilawah oleh 3 siswa perwakilan masing-masing kelas 1. Kemudian sambutan dan pengarahan dari kepala sekolah, dilanjutkan pembagian forum per kelas untuk FGD.
Wah, kelasku paling lebar forumnya. Alhamdulillah, hipotesaku: orang tua 1B banyak yang hadir. Hal itu otomatis menambah semangatku untuk bersiap menghadapi para orang tua yang telah menitipkan putra-putrinya kepadaku. Ini forum pertamaku bersama orang tua 1B.
Kubuka forum. Perkenalan singkat satu per satu. Nama, nama anaknya, dan alamat. Sambil kucocokkan dengan presensi yang telah diisi. Wow, ada 22 nama orang tua, sedangkan siswaku ada 23. Kehadiran hampir 100%. Padahal, sebelum acara dimulai, ada 2 orangtua siswa yang izin tidak bisa menghadiri acara. Setelah perkenalan usia, kudapati kedua orangtua salah seorang siswaku hadir bersama. Lagi-lagi, aku menemukan orangtua yang kompak.
Ada 3 agenda yang aku siapkan untuk dibahas di forum, yaitu pembentukan Forsigo (forum silaturahim guru dan orang tua), info internal kelas, dan pembagian hasil UTS.
Pertama, kupandu forum untuk membentuk pengurus Forsigo, minimal ketua, sekretaris, bendahara. Sebelumnya, kusampaikan beberapa model Forsigo yang pernah kutemui di kelas sebelumnya. Ada beberapa usulan dan ajuan nama. Akhirnya posisi sekretaris dan bendahara lebih dahulu terisi oleh ibu-ibu. Pemilihan ketua agaknya cukup memakan waktu lama. Berdasarkan beberapa usulan, ketua dipegang oleh bapak-bapak. Agar tak berlama-lama, langsung kulempar pandang dan tawaran kepada salah seorang bapak. Disertai dukungan dari forum, akhirnya Si Bapak tersenyum dan iya mengangguk. Siapa beliau? Beliau yang datang bersama Si Ibu, istrinya. Alhamdulillah...
Kedua, aku menyampaikan beberapa hal pengarahan yang berkaitan dengan model atau sistem yang kuterapkan di kelas, sekaligus menghimpun dukungan orangtua untuk keberhasilan belajar putra-putrinya. Terkait sholat, ngaji, hafalan, dan infaq. Tentang kebiasaan-kebiasaan siswa di kelas yang butuh dukungan pula untuk dilanjutkan di rumah.
Ketiga, pembagian hasil UTS. Aku hanya berpesan dan mewanti-wanti agar orang tua tidak terlampau bangga ataupun kecewa dengan hasil UTS. Tak ingin orang tua terjebak pada wilayah akademik dengan deretan nilai. Sayang sekali, jika masih kelas 1 siswa bersekolah sudah diorientasikan hanya untuk deretan nilai. Biarlah kebiasaan baik atau akhlaq mereka tumbuh sebagaimana fitrohnya dengan sentuhan nilai illahiah. Biarkan kita bentuk pola belajar yang baik dulu.
Bantul, 27 Oktober 2013

Mungkin Ini, Cara Allah Menyayangimu...


Allah...
Aku tak punya siapa-siapa selain Engkau..
Tapi cukup Engkau.

Allah...ibadahku tidak khusyu’.
Engkau pasti tahu sebabnya.
Allah...pikiranku cukup tersita.
Terbesit dan terbesit.
Aku takut Ya Allah.
Tersesat.
Sesuatu yang bukan hakku.

Allah...Engkau tahu yang terbaik.
Jika untukku..mudahkanlah.
Jika bukan..jauhkan, sejauh-jauhnya.
Berikan akau petunjukmu Ya Allah.
Berikan ketenangan.
Kekhusu’kan shalatku.

Allah..
Sendiri. Sendiri dan Sendiri ya Allah.
Jangan sepikan aku, hatiku ya Allah.
Ikatan yang suci. Bagaimana?
Seindah apa?
Allah. Aku tak bisa apa-apa.
Memintamu dan meminta darimu.
Manapun ya Allah, engkau lebih tahu.
Allah...katanya...dengan adanya teman seperjuangan,
Kami bisa saling mengingatkan dan menasehati.
Saling menguatkan dalam kesamaan.
Saling melengkapi dalam perbedaan.

Allah...aku masih bodoh, miskin, dan buruk.
Allah...aku ingin menjaga kehormatanku, ibadahku, dan akhlaqku.
Jauhkan yang memang tak pantas untukku.
Dekatkan yang membaikkan hubunganku denganMu.

Bantul, 21 November 2014

---
Dan terimakasih Ya Allah, kini aku bisa melewatinya...keterpurukan saat itu, 1 tahun telah berlalu, Engkau membuatku semakin kuat.

Dosaku...

Entah, ini ujian atau kah cobaan...?
Ujian itu teruntuk hamba beriman yang akan ditinggikan derajatnya.
Mungkin lebih tepat ini lah cobaan, teruntuk seorang hamba yang lalai, sering lupa dan salah.
Aku.

Ya Rabb,
Aku lemah, tanpamu aku tak berdaya, berikan aku kekuatan.
Kekuatan dariMu, hingga aku mampu lalui cobaan hidup ini.
Berilah aku kesabaran, keikhlasan akan ketetapanmu.
Tiada tujuan lain, kecuali karenaMu, untukMu, dan senantiasa bersamaMu.
Hatiku sering goyah, mudah sekali.
Kokohkanlah ya Rabb.

Jika setiap dosaku nampak oleh mata,
Jika setiap dosaku tercium busuknya oleh hidung,
Pastilah tak ada satupun manusia yang masih mau mendekatiku.
Pastilah tak ada satupun manusia yang masih mau mendengar dan mempercayaiku.
Namun, semuanya Engkau tutupi aibku, dosaku.
Padahal Engkau kuasa untuk membukanya.
Aku tau ya Rabb, itulah cintaMu padaku.
Engkau ingin aku belajar dan terus belajar.
Berusaha dan terus berusaha.
Meminta kepadaMu dan terus meminta.
Takut dan terus takut akan murkaMu.

Bimbing aku ya Rabb.
 Tunjukilah...
Aku tak tau arah, tanpaMu.
Aku tak tau tujuan, tanpaMu.
Terus dan terus bimbing aku...

Pintaku...Ya Rabb...
Jadikan aku hambaMu yang senantiasa bersyukur atas segala nikmatMu.
Jadikan aku hambaMu yang selalu bersabar atas semua ketetapanMu.
Jadikan aku hambaMu yang tak pernah putus asa mengharap yang terbaik dariMu.
Jadikan aku hambaMu yang semakin teguh dan kokoh dalam berdakwah di jalanMu.

Rabb,
Jiwaku. Hatiku.
Ragaku. Lelahku. Sehatku. Semangatku.
Waktuku. Luangku. Sibukku.
Hartaku. Kayaku. Karyaku.
Hanya untukMu.
Dan jagalah, selalu untukMu.

(Bantul, 18 Februari 2014)